Dengan berbekal sepeda motor butut dan uang 30 ribu rupiah serta 2 stel baju, aku langkahkan kaki menuju kota Metropolitan Jawa Timur, Surabaya.
Kerasnya hidup, perlahan aku jalani.
Apa daya dengan bekal segitu, aku nebeng, numpang singgah di tempat teman yang kost selama sebulan atau bahkan lebih sedikit.
Yang pasti, jalan terus pantang mundur daripada pegang cangkul dan sabit yang telah lama aku geluti semenjak duduk di bangku sekolah.
Tak lupa aku minta restu kepada bapak, ibu, serta adik.
Jangan takut bu, aku bisa jaga diri, aku bisa jaga diri.
Sebulan, dua bulan mulai tampak ada teman-teman yang cocok di hati ini.
Namun kini, satu persatu mulai pergi.
Sedihnya hati ini.
Kerasnya hidup, perlahan aku jalani.
Apa daya dengan bekal segitu, aku nebeng, numpang singgah di tempat teman yang kost selama sebulan atau bahkan lebih sedikit.
Yang pasti, jalan terus pantang mundur daripada pegang cangkul dan sabit yang telah lama aku geluti semenjak duduk di bangku sekolah.
Tak lupa aku minta restu kepada bapak, ibu, serta adik.
Jangan takut bu, aku bisa jaga diri, aku bisa jaga diri.
Sebulan, dua bulan mulai tampak ada teman-teman yang cocok di hati ini.
Namun kini, satu persatu mulai pergi.
Sedihnya hati ini.
Berbekal Motor Butut