01 November 2015

Kisah Miris Pak Raden Disengsarakan Negara

Mungkin menjadi sesuatu yang janggal melihat kondisi hidup Pak Raden, seseorang yang menciptakan karya sebesar dan setenar 'Si Unyil' yang sampai sekarang masih jadi tontonan di televisi.

Kenapa bisa seorang maestro dan pendongeng andal sekarang harus tinggal sebatang kara dan banting tulang di usia tuanya hanya demi pengobatan. Lukisan-lukisan karyanya sampai dijual, begitu juga boneka-boneka tangan 'Si Unyil' yang dilepas ke berbagai kolektor yang masih peduli.

Ternyata selama ini hak cipta 'Si Unyil', yang merupakan karya dari tangan Suyadi menjadi milik Perusahaan Umum Produksi Film Negara (PPFN). Ini membuat Pak Raden tidak mendapatkan royalti apa pun dari buah kerja kerasnya di masa lampau.

Pak Raden sempat membuat kesepakatan penyerahan hak cipta atas nama Suyadi kepada PPFN. Pada Pasal 7 surat perjanjian itu tertulis, kesepakatan kedua belah pihak berlaku selama lima tahun terhitung sejak perjanjian tersebut ditandatangani.

Akan tetapi, PPFN menganggap bahwa perjanjian penyerahan hak cipta tersebut tetap pada PPFN untuk selamanya. Pak Raden tidak tinggal diam dan sempat berjuang selama dua tahun untuk mendapatkan haknya.

Setelah perjuangan panjang, Pak Raden akhirnya mencapai kesepakatan dengan PFN pada 15 April 2014. “Jangan bilang berdamai. Saya tidak bermusuhan dengan PPFN. Biarlah ini jadi kenangan terindah buat saya,” kata pria kelahiran 28 November 1932 ketika perjuangannya berbuah manis.

Namun semua itu tampak sudah terlambat. Kondisi kesehatannya terus dirongrong penyakit yang diidapnya. Meski begitu, perjuangan dan keramahan terus ditunjukkan oleh Pak Raden, yang belakangan tak bisa lepas dari kursi roda untuk aktivitas sehari-hari.

Bahkan Pak Raden sempat dijadwalkan mengisi Festival Dongeng Indonesia pada akhir Oktober 2015 nanti di Museum Nasional, Jakarta. Sayang, ajal lebih dulu memanggil sang maestro.

Sekarang, Pak Raden telah tiada namun karya-karyanya masih akan terus dikenang sepanjang masa. Selamat jalan Pak Raden, semoga amal dan ibadahmu mendapatkan tempat terbaik di sisi Yang Maha Kuasa.

Semoga ke depannya, perusahaan milik negara bisa lebih memperhatikan dan menghargai karya-karya yang dibuat para senimannya. Jangan sampai ada Pak Raden lain yang harus menderita padahal karyanya menjadi fenomena.

sumber
http://life.viva.co.id/news/read/694022-kisah-pak-raden--sebatang-kara-yang-disengsarakan-negara/2